Senin, 18 Juli 2016

Menyusuri Candi Cangkuang tanpa direncanakan…….



Setelah mengendarai kendaraan hampir 3 jam, sampailah kami di pertigaan Nagreg, dimana pertigaan ini sering terjadi kemacetan jika telah tiba musim pulang kampung disaat hari Raya Idul Fitri. Untungnya , saya jika akan berpergian liburan selalu merencanakannya pada hari kerja. Perjalanan kali ini, saya bersama istri dan anak saya untuk liburan dan menikmati salah satu Bungalow terapung di atas danau yang terkenal di desa Sampireun,Garut.

Setelah pertigaan Nagreg, saya mengarahkan mobil saya menuju ke Garut. Tidak lama kemudian kami singgah di salah satu rumah makan yang menyediakan makanan khas sunda dan juice Strowberry untuk sarapan pagi. Sambil menunggu makanan dan minuman yang kami pesan, Istri saya membuka google untuk mencari informasi wisata yang ada disekitar Garut. Akhirnya kami mendapatkan salah satu tempat wisata yang terdekat dari rumah makan itu, yaitu CANDI CANGKUANG. Kami memutuskan untuk mengunjungi candi Cangkuang sebelum kami chek in di Bungalow itu. Akhirnya makanan dan minuman yang kami pesan datang, segera kami santap. Setelah menyantap makanan dan minuman kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Cangkuang. Dengan bertanya pada tukang parkir dan alat GPS, kami meluncur ke lokasi. Ternyata hampir satu kilometer kami sudah menjumpai papan penunjuk ke Lokasi. Tepat disisi Alun-Alun Leles, belok ke kiri dan selanjutnya mengikuti jalan itu dan akhirnya sampai di pelataran parkir bagi yang ingin mengunjungi Candi Cangkuang.
Setelah mobil di parkir, kami menuju ke loket tiket masuk. Harga Tiket masuk lokasi cukup dengan Rp.20.000,- per orang, tiket tersebut sudah termasuk menumpang rakit menyeberang situ menuju lokasi Candi pulang pergi.


Setelah membeli tiket, kami menaiki rakit yang akan mengantar kami ke seberang. Dalam perjalanan menuju ke seberang, ada momen lucu dan pemandangan yang fotogenik yang menggugah saya untuk memfotonya. Sepuluh menit kemudian kami sampai di seberang.







 














Di seberang, di sepanjang jalan menuju pintu gerbang desa Kampung Pulo, kita menjumpai para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, souvenir dan lainnya.



 
Setelah berjalan lebih 300 meter dari pelabuhan rakit, kita akan menemui pintu gerbang desa Kampung Pulo dan setelah melewati gerbang, kita akan disuguhkan sebuah kampung adat yang terdiri jejeran rumah  asli sunda. Tiga rumah di kiri dan tiga Rumah di kanan ditambah satu Bangunan Masjid. Tampaknya rumah tersebut kosong dari penghuninya yang sedang bekerja di ladang. Hanya beberapa rumah yang terlihat penghuninya beraktifitas di teras rumahnya.







Setelah menyusuri perumahan  khas sunda sejauh 50 meter itu, kita akan di sambut oleh gerbang menuju Candi Cangkuang. Jalan menuju ke Candi, kita akan menaiki tangga yang landai dan pada akhirnya kita akan menemui jalan bercabang. Kami berpisah, saya menyusuri jalan belok ke kanan istri dan anak saya belok ke kiri.

Tak lama kemudian saya menemukan makam Kuno. Tertulis di pintu gerbang makam “Makam Arief Muhammad”. Arief Muhammad adalah seorang senopati dari Kerajaan Mataram, yang ditugaskan untuk berperang melawan VOC ( Belanda) di Batavia ( Jakarta ). Karena gagal melawan VOC ( belanda), beliau menyingkir ke daerah Leles, Garut.  Ditempat ini selanjutnya beliau menyebarkan agama islam.  


 


Kalau kita berbalik badan seratus delapan puluh derajat, maka akan melihat bangunan museum Candi Cangkuang, tapi nanti saja saya akan mengunjunginya setelah mengambil foto candi. Setelah itu, tak sabar saya ingin segera menuju ke lokasi Candi berada. Sebenarnya lokasi candi dan makam mbah Arief Muhammad bersebelahan, namun menuju ke Candi harus berputar setengah lingkaran. Akhirnya saya sampai di lokasi Candi Cangkuang.




Candi Cangkuang yang mempunyai ukuran dasarnya 4.5 x.4.5 m dan mempunyai ketinggian 8.5 m. Tampak Candi yang megah, fotogenik  dan  Candi ini dinaungi oleh pohon-pohon yang besar dan rindang. Candi yang selesai di renovasi dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976 ini tampak terawat dan bersih. Saya mengambil gambar dari segala sudut.











Setelah puas mengambil gambar, saya beristirahat. Duduk dibawah rindangnya pohon sambil melihat candi Cangkuang. Tiba-tiba Telepon genggam saya berdering...... ternyata istri saya memberitahu kalau dia dan anak saya sudah menunggu di warung yang menjajakan es kelapa muda, segera saya menuju ke warung itu. Wah, sayang sekali saya tidak sempat untuk mengunjungi museum Candi Cangkuang.








Tak lama kemudian setelah minum es kelapa muda kami menuju ke pelabuhan rakit. Tapi setibanya di pelabuhan rakit, pengemudinya mengatakan bahwa untuk menyebrang harus menunggu penumpang lainnya. Karena malas menunggu, saya berusaha bernegosiasi dengan pengemudi. Akhirnya bersepakat membayar Rp.60.000,- untuk mengantar kami ke seberang. Rakit melaju dan akhirnya kami sampai di seberang. Setelah menaiki  mobil, kami segera menuju ke Bungalow di Sampireun yang sudah siap menanti kedatangan kami……

Satu Lagi pengalaman dari perjalananku mengunjungi tempat wisata bersejarah…..



Links :