Selasa, 25 Februari 2014

CAP GO MEH…cerminan perayaan kerukunan beragama di Indonesia



Kota Bogor tidak hanya mempunyai julukan sebagai "kota hujan" akan tetapi masih banyak  julukan yang patut diberikan  antara lain sebagai "kota Kuliner", "kota wisata" dan "kota budaya" . Dikota Bogor ada suatu ritual keagamaan yang tiap tahun dilaksanakan. Bertepatan dengan hari ini, adalah hari kelimabelas dalam bulan pertama penanggalan Tionghoa. Penetapan tahun baru Imlek ditentukan menurut  tahun  kelahiran  Nabi Kongzi [551 SM]. Karena awal tahun didasarkan pada tahun kelahiran sang nabi, maka penanggalannya kemudian diberi nama penanggalan Khongcu-lek. Hari ke limabelas ini lebih sering disebut sebagai Cap Go Meh. Biasanya, malam kelimabelas ini dirayakan dengan meriah. Hal ini disebabkan karena hari ke limabelas merupakan akhir dari perayaan tahun baru Imlek. Setelah perayaan upacara Cap Go meh ini maka berakhirlah seluruh rangkaian perayaan tahun baru Imlek.
Tidak heran bila kemudian, perayaan Cap Go Meh identik dengan festival lampion. Banyak Warga Bogor bahkan dari luar kota  berduyun-duyun mendatangi jalan Suryakencana dimana terdapat sebuah Klenteng yang dijadikan pusat perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor, Klenteng Ho Tek Bio.


Untuk itu saya akan datang ke acara tersebut, namun tiba-tiba mobil yang akan saya kendarai tidak mau di starter. Saya berusaha untuk memperbaiki mobil  dengan memanggil Montir. Setelah diperiksa oleh montir ternyata hanya batereynya yang drop. Segera  mencari baterey mobil yang tidak jauh dari rumah . Akhirnya, singkat cerita saya segera berangkat ke Bogor, meskipun sudah telat.
Setibanya di Bogor saya parkirkan mobil  di pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari lokasi acara. Lalu saya langkahkan kaki ke jalan Surya Kencana. Sesampainya di sana , di depan Klenteng Ho Tek Bio sudah dipadati warga kota Bogor maupun dari luar kota sudah memenuhi area sepanjang jalan Surya Kencana. Banyak petugas Polisi yang mengatur lalu lintas dan menjaga ketertiban bagi pengunjung. Menurut  petugas,  Polda (Kepolisian Daerah) menugaskan hampir 500 petugas untuk mengawal dan menjaga acara ini.

Selain dari para pengunjung, juga terlihat para pedagang yang menjajakan barang dagangannya dari mainan hingga makanan. 
 
Ketika masuk ke dalam Klenteng, tampak banyak orang yang sedang melakukan ritual keagamaan. Lebih dalam lagi saya masuk kedalam ruangan dimana tempat sembahyang, dengan bergantian giliran para tamu Vihara melakukan sembahyang di depan Altar. Suasana penuh dengan asap Hio yang dibakar saat ritual sembahyang di ruang Altar. Ruang yang didominasi oleh warna merah dan Emas.







Acara  Parade di mulai sekitar  jam 15.30, dengan tidak membuang waktu, saya  segera mengabadikan suasana dan momen yang berlangsung dengan kamera. Rute parade dimulai dari klenteng Ho Tek Bio menuju Vihara Buddhasena jalan Batu Tulis lalu kembali lagi ke  Kelenteng Ho Tek Bio.

Antusias para penonton yang menyaksikan prosesi acara sangat tinggi terlihat dari sibuknya merekam gambar dengan kamera hand phone, ada yang ingin berfoto dengan Barongsai, ada yang memberikan Ang Pao kepada Barongsai.
 


Sungguh sangat terlihat ke ‘BHINEKA TUNGGAL IKA” an pada acara ini, warga yang hadir dari berbagai agama maupun etnis. Berbagai  atraksi menarik yang ditampilkan oleh para peserta Parade. Ada atraksi  yang membuat saya tertarik yaitu Reog Ponorogo. Reog Ponorogo ini menampilkan permainan api, dimana pemain menghembuskan minyak tanah dari mulutnya ke arah api , sehingga berseburlah api yang besar….wow fantastis. Disamping itu juga ada yang menarik lagi yaitu lenggak lenggok ular naga (liong) , Barongsai dan Joli.













Acarapun berakhir pada jam 22,00, tampak penonton yang menyaksikan pulang dengan tertib dan dengan rasa puas atas atraksi-atraksi parade tadi. Namun seiring dengan pulangnya para penonton, mulai terlihat sampah di sana-sini. Aha ini sebuah kebiasan yang buruk bukan?. 


Saya berharap untuk tahun-tahun mendatang kepada pihak penyelenggara agar lebih memperhatikan kebersihan pasca acara tahunan in. Setelah dua kali menyaksikan parade ini yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2014. Acara ini masih dapat ditingkatkan kualitasnya terutama pada ketertiban para penontonnya. Para penonton dan para peserta acara seharusnya dibatasi oleh pagar yang tidak permanen. Sayangkan hanya dengan hal yang mungkin sepele ini,  tujuan acara yang baik ini akan menurunkan kualitas dan animo masyarakat luar negri yang ingin menyaksikan acara ini. 


Tetapi, lepas dari persoalan tadi, saya merasakan cukup puas akan parade kali ini.Tidak terasa kaki saya mulai terasa pegal saya mencoba istirahat sejenak untuk duduk dan minum . Tepat jam 23.10, saya kembali ke Jakarta .