Senin, 15 Desember 2014

AKTIVITAS di LORONG PECINAN KOTA, JAKARTA



Akhirnya terwujud  juga niat saya untuk mengunjungi daerah Pecinan di kota Jakarta. Pagi itu saya berniat akan bertemu dengan klien saya di daerah Harmoni untuk suatu pekerjaan, namun saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk mengunjungi pecinan kota yang tidak jauh dari lokasi  bertemu dengan klien . Pertemuan dengan Klien memakan waktu tidak lebih dari dua Jam. Lalu teringat dengan sahabat saya yang se Hobby dengan saya, Gamal. Sayapun segera menelponnya. Ternyata gayung bersambut, ternyata dia mempunyai niat ingin ke Pecinan pula.
Akhirnya  kami  janjian bertemu di Stasiun kereta api Kota, karena posisi sahabat saya saat itu sedang di wilayah Pasar baru. Tepat Jam 12.00,  KRL yang ditumpangi sahabat saya itu tiba, kami bertemu dan segera  menuju lokasi “buruan” foto kami.



Kami memulai dari ujung  jalan Pintu Besar Selatan, dimana terdapat koridor yang di penuhi oleh para pedagang kaki lima , seniman lukis dan para penjual batu akik.





 Suasana sepanjang Koridor ini sangat fotogenik. Saya dan sahabat saya tidak berhenti membidikan kamera ke objek-objek yang menarik disepanjang koridor ini.



Saya tertarik dengan seorang pelukis yang  sedang melukis karikatur. Saya hampiri dan seperti biasa mewawancarai bak layaknya seorang jurnalis, tapi sangat amatiran. Mas Sardi nama pelukis itu, dia sudah menekuni profesi ini sejak tahun 1997 sebelum terjadi “Reformasi” di Indonesia. Dia juga menjadi saksi dari aksi kebrutalan pada peristiwa tahun 1998.
  Mengenai tarif  untuk melukis sebuah lukisan, Mas Sardi membandrol Rp. 500.000,- untuk satu lukisan  wajah karikatur, tapi kalau lebih dari satu maksimal 6 wajah dibandrol  1 juta rupiah, seperti apa yang sedang dikerjakan oleh Mas Sardi. Lama mengerjakan pesanan lukisan  berkisar satu sampai dua hari. Setelah merasa cukup informasi dari Mas Sardi, kami melanjutkan perburuan kami dan pamit kepada Mas Sardi.

Masih di koridor toko di jalan Pintu Besar Selatan, kami terus membidikan kamera kami. Tiba di tikungan menuju jalan Pancoran. Kami tertarik dengan pedagang yang menjajakan dagangan lain dari pada yang lain. Pedagang ini menjajakan Ular Kobra. Waaahh…menarik sekali, darah dari ular kobra konon sangat berkhasiat antaranya dapat meningkatkan stamina tubuh. 

Setelah puas mengambil foto ular, tidak terasa terasa lapar perut ini. Segera kami menuju restoran masakan Padang yang tidak jauh dari dari situ.

Setelah menyantap makan siang , kami lanjutkan perburuan kami. Tidak jauh dari rumah makan tadi kami di tawarkan oleh penjual batu akik. Tertarik juga saya untuk mewawancarai pedagang itu. Mas Ferry namanya, dia sudah lama berdagang batu akik atau batu hiasan. Akhir akhir ini kembali marak  orang mengkoleksi batu Akik, sejak Presiden SBY memberikan cendera mata batu hiasan yang terkenal yaitu batu Bacan  kepada Presiden Amerika Serikat, Barack Obama  
 



Batu Bacan saat ini menjadi batu idola bagi para penggemar batu Akik. Saya ingin mengetahui seperti apa sih batu Bacan  itu? .  Lalu dengan senang hati  Mas Ferry memperlihatkan beberapa koleksinya selain batu Bacan. Mas Ferry menunjuk ke satu cincin dimana sudah terikat batu Bacan itu. Batu Bacan berwarna hijau tua. Koleksi yang diperlihatkan Mas Ferry itu merupakan koleksi yang berkualitas “KW 2” ( Grade 2)  yang di bandrol 4 juta rupiah. Untuk membeli dengan kualitas Grade 1, musti ada perjanjian pertemuan. “Itu demi keamanan” kata Mas Ferry.



Perburuan kami lanjutkan menuju kearah gang Gloria. Menurut informasi di sepanjang gang ini banyak pedagang menjajakan makanan Cina. Akhirnya kami sampai di ujung gang Gloria.
 Waaaaauuuu… bener fotogenik…kami segera membidikan kamera kami kearah yang menarik bagi kami. Sayang kami datang pada waktu yang kurang tepat. Aktivitas disana sudah tidak ramai.

   






Koh Atan  pemilik gerobak masakan Ayam Hainan, mengatakan kalau aktivitas yang ramai di gang Gloria itu  pada jam 6 pagi. 
 
Banyak orang membeli makanan untuk santapan sarapan pagi mereka.


 Dan juga tepat dibelakang  gerobak Koh Atan, ada kedai Kopi yang terkenal yaitu Kedai Kopi TAK KIE. Kedai itu menjual kopi khasnya yaitu Es Kopi. Sayang sekali, kami tiba di kedai itu sudah persiapan untuk tutup. Kami disarankan untuk kembali esok hari, wuiiihhhh agak kecewa dan penasaran untuk mencobanya


Kami segera melanjutkan perburuan, tiba-tiba ada yang seorang ibu menawarkan minuman yang terbuat dari lidah buaya. Hmmmm memang beda rasanya dari yang pernah saya coba. Tidak ada rasa getir  lidah buaya dari minuman itu. Di kedai lidah buaya itu kami juga ditawarkan untuk mencoba makanan otak-otak yang berada diseberangnya Kami pun menuju kedai Otak-otak. 


Disana kami disambut oleh Ci Jesica, dia owner dari kedai yang menjual otak-otak itu.  Segera kami memesan 10 buah, setelah 10 menit kemudian tibalah otak-tak yang terbuat dari ikan tenggiri itu. Ci Jesica sendiri yang menyajikannya. 

  







Hmmmm …Memang beda rasanya dari otak-otak yang pernah saya makan sebelumnya. Oh ya harga satu buah otak-otak dibandrol Rp.8000,-. Gimana ingin mencobanya?.

Ternyata cuaca hari ini tidak bersahabat. Setelah menyantap Otak-otak di kedai Ci Jesica, Hujan gerimispun turun. Dengan langkah dipercepat kami keluar dari gang Gloria dan menuju ke pusat pertokoan. 



Untuk menuju ke sana kita melalui koridor kembali, suasananya mengingatkan saya dengan Malioboro Yogyakarta. Setibanya di pusat berbelanjaan itu , kami segera mencari pusat makanan dan kami memesan dua cangkir kopi. Sambil menunggu Hujan reda, kami tetap membidikan kamera kami pada suasana pusat makanan di gedung itu.







Hampir satu jam kami di pusat perbelanjaan itu, lalu kami melanjuti perburuan lagi. Ternyata hujan belum reda. Kami kembali menyusuri koridor sambil melihat dagangan yang dijajakan. Tepat di ujung sebuah gang kecil, kami segera menelusuri gang tersebut. Suasana sehabis hujan, bagi kami sangatlah indah. Di gang itu kami membidikan semua aktifitas yang terjadi.












 




Tidak terasa hari sudah menunjukan pukul 17.00. segera setelah hujan berhenti kami kembali menuju ke stasiun Bios, stasiun kereta api. 


Dalam perjalanan menuju stasiun, kembali kami lewati koridor di jalan pintu Besar Selatan . 


Tampak Mas Sardi sedang menyelesaikan pemasangan frame lukisan yang dibuat tadi. Wow…..hasilnya sangat bagus dan karakter tiap wajah yang dilukis dapat dituangkan pada lukisannya. Mau coba dibuatkan karikaturnya oleh mas Sardi?....








Setelah membeli tiket kami segera menuju kereta yang akan mengantarkan saya ke stasiun Pasar Minggu. Rasa penasaran dengan Pecinan di daerah Kota , sudah sedikit berkurang. Namun suatu saat nanti saya akan kembali……..TUUIIIIIIITTTTT..kereta saya segera meluncur……..