Minggu, 13 April 2014

KABAR DUKA DARI SAHABATKU di BALI...





Sore hari sepulang saya dari kerja, seperti biasanya saya membuka Cell phone saya untuk membaca SMS yang tidak terbaca. Betapa terkejutnya saya, sebuah SMS dari sahabat  saya dari Bali menyampaikan berita bahwa Ibunya (mbah) telah wafat pada hari itu. Langsung saya hubungi kerabat saya itu, memang benar bahwa ibunda beliau telah wafat pada hari itu dan menyampaikan belasungkawa yang dalam untuk beliau dan keluarga di Bali, lalu saya menanyakan apakah akan ada upacara Ngaben ( kremasi bagi agama Hindu). Lalu teman saya mengatakan saat ini masih sedang dibicarakan mengenai waktu dan tempat dimana akan diadakannya upacara Ngaben, jadi teman saya memohon saya untuk menunggu kabar dari dia kapan akan di laksanakannya upacara tersebut.
Besoknya, Cell phone saya berdering, kerabat saya dari bali tersebut menyampaikan berita mengenai hari upacara Ngaben yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 maret 2014. Namun beliau menyarankan saya, kalau mau datang tanggal 2 Maret 2014, karena akan ada rangkaian upacara pendukung puncak upacara Ngaben. Lalu langsung saya cari tiket pesawat tanggal 2 Maret 2014. Beruntung….saya mendapatkan tiket ke Bali pada tanggal yang saya inginkan.
 Pada tanggal  2 Maret 2014, berangkatlah saya menuju pulau Dewata. Sampai di Bali jam 3 waktu setempat, saya  langsung dijemput oleh mobil sewaan yang saya pesan sebelumnya. Mobil Suzuki Katana yang saya sewa seharga Rp. 125.000,- itu akhirnya saya kendarai menuju Pantai Kuta untuk melepaskan penat sejenak ditemani oleh sebuah kelapa muda seharga Rp. 25.000,-. 
Setelah menikmati sunset di Pantai Kuta saya melanjutkan perjalanan saya ke Tabanan, meskipun pertama kali saya ke Tabanan pada malam hari saya tidak merasa takut karena saya mempergunakan GPS yang menolong saya untuk mengarahkan perjalanan menuju Tabanan. Pada jam 9, saya tiba di Tabanan, langsung saya menemui kerabat dekat saya itu , saya menyampaikan lagi rasa belasungkawa pada beliau, lalu saya dipersilakan masuk keruangan dimana seluruh keluarga besar sudah berada di sana, tampak wajah duka yang terpancar dari wajah mereka. Lagi , saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga besar.
Saya mengatakan pada sahabat saya apa yang bisa saya bantu selama upacara, lalu  dia memberikan pesan dari keluarga besar bahwa saya ditugaskan mendokumentasikan selama upacara.
 Setelah satu jam saya di Tabanan, saya mohon diri untuk kembali ke Denpasar untuk istirahat. Sampainya di Denpasar sebelum tidur, saya membaca rangkaian acara pada esok hari, tak terasa ngantuk menyerang lalu sayapun tidur.
Pagi hari jam 5 pagi setelah shalat Subuh ,berangkat kembali ke Tabanan. Setibanya di Tabanan rangkaian Upacara segera dimulai.Upacara pertama adalah upacara ngepugin / ngangkid, dimana pada upacara Ngaben nanti ada tiga jasad yang akan di Kremasikan. Namun dua dari Jasad tersebut sudah lama wafatnya, dan baru akan di kremasikan bersama dengan ibunda sahabat saya.  




 

Dua jasad tersebut adalah keponakan sahabat saya. Pada upacara ini, dua jasad yang akan dikremasi  ( Ngaben Asti Wedana dan Swasta ) tersebut dipanggil arwahnya oleh Mangku ( pendeta agama Hindu) yang selanjutnya akan dikremasi secara simbolik.

 
Upacara selanjutnya adalah nyiraman layon / ngeringkes , dimana Mangku memimpin upacara dari memandikan jenazah hingga di bungkus dengan kain khas Bali yang selanjutnya jenazah diletakan diatas dipan khusus untuk upacara, Persiapan acara tersebut tampak sudah dimulai, para kerabat membantu untuk terselenggaranya upacara nyiraman ini.

Setelah segala sesuatunya siap, maka jenazah Mbah, mulai diangkat dari altar dimana disemayamkan menuju dipan untuk memandikannya.
Seluruh keluarga besar sudah berada di sisi dipan pemandian Jenazah. perlahan-lahan jenazah diusung ke tempat pemandian. Upacara ini di pimpin oleh Mangku.















Setelah Jenazah dibaringkan pada dipan pemandian, upacara dimulai. Jenazah dimandikan dengan air suci (Tirta). Setelah selesai pemandian , Mangku melaksanakan serangkaian ritual agama, setelah itu jenazah secara simbolik diberi pakaian lengkap, minyak wangi.dan sebagainya, dilanjutkan dengan menutup jenazah dengan kain  khas Bali.

 Setelah jenazah di balutkan dengan kain Khas Bali, segera diangkat perlahan dan hati- hati menuju altar yang telah dipersiapkan selama acara pemandian tadi,



setelah upacara Nyiraman Layon /ngeringkes dilanjutkan dengan upacara mesakapan dan dilanjutkan dengan gede gae. Kedua upacara tersebut bersifat upacara sembahyang bagi umat Hindu.















 


Setelah kedua upacara tersebut, dilanjutkan dengan upacara pemuspaan / mapeed, dimana semua cucu kandung dari Mbah memakai pakaian tradisional khas Bali dan akan melakukan parade keliling kampung. Makna upacara ini adalah untuk memberitahu keseluruh desa bahwa akan ada upacara ngaben dengan kata lain seperti undangan




Menjelang malam, acara dilanjutkan yaitu pertunjukan tari topeng sidakarya, adalah suatu pertunjukan tarian sakral yang hanya dipentaskan pada upacara keagaman saja, hal ini merupakan kebanggaan dan kesempatan berharga bagi saya, karena saya tidak akan melihat tarian ini di pentas tari Bali yang diselenggarakan secara umum. Tarian ini adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi upacara besar di Bali. Tari Sidakarya dianggap sebagai pelengkap dari upacara-upacara tersebut. Tari topeng ini merupakan pemungkas (bagian akhir) tari persembahan sebelum upacara pemujaan bersama yang dipimpin oleh Sulinggih




Setelah makan malam bersama upacara dilanjutkan dengan pertunjukan wayang joblar . Wayang ini paling dinantikan oleh para warga sekitar, karena wayang ini bertujuan untuk menghibur keluarga juga menghibur masyarakat desa. Lakon yang di pilih adalah tentang perjalanan manusia dari lahir hingga kematian menjemput, penuh dengan petuah-petuah yang disampaikan secara humor namun bermakna sekali. Namun pada pertunjukan wayang ini tidak sampai selesai, dikarenakan lelahnya badan setelah seharian mengikuti upacara. Dan sayapun kembali ke Denpasar untuk istirahat menyiapkan tenaga untuk esok hari.


Seperti biasa setelah shalat Subuh, saya berangkat kembali ke Tabanan, untuk mengikuti Puncak acara Ngaben. Sesampainya saya di tempat upacara, tampak seluruh keluarga sudah berpakaian upacara serba putih. Oh ya saya juga memakai pakaian untuk upacara lho, dengan kain yang dililitkan dibagian bawah seperti untuk menari panji semirang dan memakai Udeng, topi khas Bali. 


Tepat jam 10 pagi ,upacara Ngaben pun dimulai. Upacara Ritual keagamaan dilaksanakan satu persatu hingga jenazah dipindahkan dari rumah ke tandu (bade) yang dihias sedemikian rupa. Tidak lama kemudian, belasan pria dengan berpakaian seragam pecalang (semacam pengaman upacara di Bali) telah siap berdiri dan mengangkat tandu tadi yang sudah berisi jenazah. Begitu Tandu itu diangkat dan diiringi oleh gamelan khas Bali mengiringi arak-arakan tandu tersebut menuju lokasi pembakaran/kremasi diadakan.





Sesampainya di lokasi Ngaben, masih ada ritual-ritual keagamaan yang harus dilaksanakan, setelah ritual keagamaan dilaksanakan, maka mulai jenazah dikeluarkan dari tandu ( Bade) menuju ke altar yang dibuat seperti peti mati, tampak dibawah peti mati itu ada beberapa kayu yang siap dibakar. Oh ya, seiring majunya jaman, pada pembakaran mayat di Bali tidak lagi memakai kayu untuk membakar mayat tetapi sudah memakai sejenis kompor yang mempunyai daya bakar api yang besar, sehingga pembakaran mayat hanya di laksanakan hanya satu jam saja.







Momen pembakaran jenazah dimulai pada jam 11 pagi. Diawali dengan simbolis api yang dinyalakan oleh Mangku yang selanjutnya dilakukan oleh seorang yang ahli dalam pembakaran jenazah hingga tuntas. Pembakaran Jenazah memakan waktu sekitar 1 jam. Setelah itu dilakukan Ritual keagamaan lagi dimana abu dari jenazah yang dibakar di kumpulkan dan dibentuk seperti bentuk tubuh manusia yang dilanjutkan berikan pakaian lengkap selayaknya manusia yang hidup berpakaian, namun hanya simbolik saja.














Setelah itu abu jenazah dibawa beriringan dengan gamelan, dibawa ke sungai terdekat untuk di arung disana, memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).


 

 

Selesai sudah upacara Ngaben ibu sahabat saya , rasa penat melanda seluruh keluarga. Saya pamit untuk kembali ke Denpasar dan berharap semoga arwah ibu sahabat saya diterima Tuhan Yang Maha Esa….Amin.