Dengan bermodalkan kamera dan perangkat lainnya saya mulai menapakkan kaki di suatu tempat yang tidak jauh dari kota Rembang. Ya Lasem, Kota Lasem terkenal dengan pembuatan batik yang sudah terkenal sejak dulu. Nah...jadi penasaran nih saya..segera saya menuju lokasi pembuatan batik yang kurang lebih 3 km dari pusat kota, dengan melalui pematang sawah...tibalah saya di lokasi......
Langsung saya memasuki bangunan yang saya rasa baru dibangun...terlihat dari dinding bata yang belum difinishing...banyak kain batik setengah jadi tengah di gantung didalam suatu ruangan tepat setelah pintu masuk .
Lalu saya memasuki ruang selanjutnya..tampak banyak wanita dari remaja hingga tua dengan tekun menggambar diatas kain yang sudah di sketsa yang lalu diberi malam...sejenis lilin untuk membatik.
kalau menilik kembali ke sejarah batik di Lasem ini,
menurut Babad Lasem karangan Mpu Santri Badra di tahun 1401 Saka ( 1479 M,), ditulis ulang oleh R Panji Kamzah tahun 1858 menyebutkan, anak buah kapal Dhang Puhawang Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa, Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih menetap di desa Bonang setelah melihat keindahan alam Jawa.
Langsung saya memasuki bangunan yang saya rasa baru dibangun...terlihat dari dinding bata yang belum difinishing...banyak kain batik setengah jadi tengah di gantung didalam suatu ruangan tepat setelah pintu masuk .
Lalu saya memasuki ruang selanjutnya..tampak banyak wanita dari remaja hingga tua dengan tekun menggambar diatas kain yang sudah di sketsa yang lalu diberi malam...sejenis lilin untuk membatik.
kalau menilik kembali ke sejarah batik di Lasem ini,
menurut Babad Lasem karangan Mpu Santri Badra di tahun 1401 Saka ( 1479 M,), ditulis ulang oleh R Panji Kamzah tahun 1858 menyebutkan, anak buah kapal Dhang Puhawang Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa, Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni memilih menetap di desa Bonang setelah melihat keindahan alam Jawa.
Di tempat mukim baru ini, Na Li Ni
mulai membatik bermotifkan burung hong, liong, bunga seruni, banji, mata uang
dan warna merah darah ayam khas Tiong Hwa.
Batik
Lasem terkenal dengan motif tiga negeri yang memiliki corak agak ramai. Batik
ini tersusun dari warna dasar yang gelap dengan kombinasi tiga warna (merah,
biru, hijau) plus diberi sekar jagadan.
Ada pula motif empat negeri dengan empat warna (merah marun, biru, coklat, ungu), Kendoro Mandiri, Semen Romo dan Pasiran.
Batik Lasem bisa bersaing dengan batik dari daerah lain karena selain motifnya menarik dengan kain kualitas halus, juga warna merah darah ayamnya yang khas atau yang umumnya ada di burung hong, liong dan seruni, tidak bisa ditiru pembatik daerah lain.
Setelah melihat proses penulisan kain dengan malam saya melanjutkan melihat proses pewarnaan kain di tempat lain yang berada di pusat Kota.
perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit dengan kendaraan, sampailah saya dilokasi...bangunan yang mempunyai gaya etnis china yang sudah tua namun sudah di 'make up' menjadi agak modern...
Di dalam bangunan bangunan tersebut saya melihat aktivitas pewarnaan yang setelah itu di jemur di ruangan terbuka beberapa saat yang selanjutnya di proses lagi dengan perebusan dengan air panas untuk melarutkan malam yang di pakai untuk mem'block' kain agar tidak terkena warna....di lanjutkan dengan mencuci kembali kain batik yang masih tertutupi warna dasar. yang lalu kemudian dijemur kembali.
Setelah kering kain tadi kembali di beri 'malam' yang guna untuk menutupi warna tadi, gunanya untuk memberikan warna lain yang diinginkan.
Ada pula motif empat negeri dengan empat warna (merah marun, biru, coklat, ungu), Kendoro Mandiri, Semen Romo dan Pasiran.
Batik Lasem bisa bersaing dengan batik dari daerah lain karena selain motifnya menarik dengan kain kualitas halus, juga warna merah darah ayamnya yang khas atau yang umumnya ada di burung hong, liong dan seruni, tidak bisa ditiru pembatik daerah lain.
Setelah melihat proses penulisan kain dengan malam saya melanjutkan melihat proses pewarnaan kain di tempat lain yang berada di pusat Kota.
perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit dengan kendaraan, sampailah saya dilokasi...bangunan yang mempunyai gaya etnis china yang sudah tua namun sudah di 'make up' menjadi agak modern...
Di dalam bangunan bangunan tersebut saya melihat aktivitas pewarnaan yang setelah itu di jemur di ruangan terbuka beberapa saat yang selanjutnya di proses lagi dengan perebusan dengan air panas untuk melarutkan malam yang di pakai untuk mem'block' kain agar tidak terkena warna....di lanjutkan dengan mencuci kembali kain batik yang masih tertutupi warna dasar. yang lalu kemudian dijemur kembali.
Setelah kering kain tadi kembali di beri 'malam' yang guna untuk menutupi warna tadi, gunanya untuk memberikan warna lain yang diinginkan.
Seiring terkenalnya Batik Lasem menginspirasikan
para perajin semakin kreatif dan inovatif. Dengan itu maka munculah beberapa motif
baru seperti latohan, gunung ringgit, kricakan atau watu pecah bermunculan. Menurut
informasi yang didapat perajin
menciptakan motif kricakan karena terinspirasi oleh penderitaan rakyat dimana
harus memecah batu-batu besar untuk dibuat jalan raya pos atau Groote Postweg oleh
Gubernur Jendral Daendels pada masa Kolonial dulu..
Setelah proses pewarnaan dan perebusan lalu pemberian malam untuk warna lainnya, yang dikerjakan berulang kali sehingga sesuai dengan desain yang diinginkan maka selesailah proses pembuatan kain batik.Selanjutnya produksi itu segera dipasarkan.
Seiring jaman yang kian berkembang, Batik sekarang menjadi pakaian mulai trend di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak produksi dari kain batik ini ada yang berasal dari Yogya, Pekalongan, Cirebon, Jambi dan masih banyak tersebar di seluruh Indonesia.
Tak terasa saya sudah sehari penuh menelusuri proses kain batik di kota Lasem ini, dimana kota yang damai dan masih banyak rumah-rumah yang bergaya etnis Cina....lalu dengan rasa puas dan bangga atas karya anak bangsa ini saya tinggalkan kota Lasem ini......sampai jumpa pada perjalanan saya selanjutnya...Seiring jaman yang kian berkembang, Batik sekarang menjadi pakaian mulai trend di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak produksi dari kain batik ini ada yang berasal dari Yogya, Pekalongan, Cirebon, Jambi dan masih banyak tersebar di seluruh Indonesia.