Sore hari sepulang saya
dari kerja, seperti biasanya saya membuka Cell
phone saya untuk membaca SMS yang tidak terbaca. Betapa terkejutnya saya,
sebuah SMS dari sahabat saya dari Bali
menyampaikan berita bahwa Ibunya (mbah) telah wafat pada hari itu.
Langsung saya hubungi kerabat saya itu, memang benar bahwa ibunda beliau telah
wafat pada hari itu dan menyampaikan belasungkawa yang dalam untuk beliau dan
keluarga di Bali, lalu saya menanyakan apakah akan ada upacara Ngaben ( kremasi bagi agama Hindu). Lalu
teman saya mengatakan saat ini masih sedang dibicarakan mengenai waktu dan
tempat dimana akan diadakannya upacara Ngaben,
jadi teman saya memohon saya untuk menunggu kabar dari dia kapan akan di
laksanakannya upacara tersebut.
Besoknya, Cell phone saya berdering, kerabat saya
dari bali tersebut menyampaikan berita mengenai hari upacara Ngaben yang akan
dilaksanakan pada tanggal 4 maret 2014. Namun beliau menyarankan saya, kalau
mau datang tanggal 2 Maret 2014, karena akan ada rangkaian upacara pendukung
puncak upacara Ngaben. Lalu langsung saya cari tiket pesawat tanggal 2 Maret
2014. Beruntung….saya mendapatkan tiket ke Bali pada tanggal yang saya
inginkan.
Pada tanggal 2 Maret 2014, berangkatlah saya menuju pulau
Dewata. Sampai di Bali jam 3 waktu setempat, saya langsung dijemput oleh mobil sewaan yang saya
pesan sebelumnya. Mobil Suzuki Katana yang saya sewa seharga Rp. 125.000,- itu
akhirnya saya kendarai menuju Pantai Kuta untuk melepaskan penat sejenak
ditemani oleh sebuah kelapa muda seharga Rp. 25.000,-.
Setelah menikmati sunset
di Pantai Kuta saya melanjutkan perjalanan saya ke Tabanan, meskipun pertama
kali saya ke Tabanan pada malam hari saya tidak merasa takut karena saya
mempergunakan GPS yang menolong saya untuk mengarahkan perjalanan menuju
Tabanan. Pada jam 9, saya tiba di Tabanan, langsung saya menemui kerabat dekat
saya itu , saya menyampaikan lagi rasa belasungkawa pada beliau, lalu saya
dipersilakan masuk keruangan dimana seluruh keluarga besar sudah berada di
sana, tampak wajah duka yang terpancar dari wajah mereka. Lagi , saya
menyampaikan belasungkawa kepada keluarga besar.
Saya mengatakan pada sahabat saya apa
yang bisa saya bantu selama upacara, lalu dia memberikan pesan dari
keluarga besar bahwa saya ditugaskan mendokumentasikan selama upacara.
Setelah
satu jam saya di Tabanan, saya mohon diri untuk kembali ke Denpasar untuk
istirahat. Sampainya di Denpasar sebelum tidur, saya membaca rangkaian acara
pada esok hari, tak terasa ngantuk menyerang lalu sayapun tidur.
Pagi hari jam 5 pagi
setelah shalat Subuh ,berangkat kembali ke Tabanan. Setibanya di Tabanan
rangkaian Upacara segera dimulai.Upacara pertama adalah upacara ngepugin / ngangkid, dimana pada upacara
Ngaben nanti ada tiga jasad yang akan di Kremasikan. Namun dua dari Jasad
tersebut sudah lama wafatnya, dan baru akan di kremasikan bersama dengan ibunda
sahabat saya.
Dua jasad tersebut adalah keponakan sahabat saya. Pada upacara ini, dua jasad yang akan dikremasi ( Ngaben Asti Wedana dan Swasta ) tersebut dipanggil arwahnya oleh Mangku ( pendeta agama Hindu) yang selanjutnya akan dikremasi secara simbolik.
Upacara selanjutnya adalah nyiraman layon / ngeringkes , dimana Mangku memimpin upacara dari memandikan jenazah hingga di bungkus
dengan kain khas Bali yang selanjutnya jenazah diletakan diatas dipan khusus untuk
upacara, Persiapan acara tersebut tampak sudah dimulai, para kerabat membantu untuk terselenggaranya upacara nyiraman ini.
Setelah segala sesuatunya siap, maka jenazah Mbah, mulai diangkat dari altar dimana disemayamkan menuju dipan untuk memandikannya.
Seluruh keluarga besar sudah berada di sisi dipan pemandian Jenazah. perlahan-lahan jenazah diusung ke tempat pemandian. Upacara ini di pimpin oleh Mangku.
Setelah Jenazah dibaringkan pada dipan pemandian, upacara dimulai. Jenazah dimandikan dengan air suci (Tirta). Setelah selesai pemandian , Mangku melaksanakan serangkaian ritual agama, setelah itu jenazah secara simbolik diberi pakaian lengkap, minyak wangi.dan sebagainya, dilanjutkan dengan menutup jenazah dengan kain khas Bali.
Setelah jenazah di balutkan dengan kain Khas Bali, segera diangkat perlahan dan hati- hati menuju altar yang telah dipersiapkan selama acara pemandian tadi,
setelah upacara Nyiraman Layon /ngeringkes dilanjutkan dengan upacara mesakapan dan dilanjutkan dengan gede gae. Kedua upacara tersebut
bersifat upacara sembahyang bagi umat Hindu.
Setelah kedua upacara tersebut, dilanjutkan
dengan upacara pemuspaan / mapeed, dimana
semua cucu kandung dari Mbah memakai
pakaian tradisional khas Bali dan akan melakukan parade keliling kampung. Makna
upacara ini adalah untuk memberitahu keseluruh desa bahwa akan ada upacara
ngaben dengan kata lain seperti undangan
Menjelang malam, acara dilanjutkan yaitu pertunjukan tari topeng sidakarya, adalah suatu pertunjukan tarian sakral yang
hanya dipentaskan pada upacara keagaman saja, hal ini merupakan kebanggaan dan
kesempatan berharga bagi saya, karena saya tidak akan melihat tarian ini di
pentas tari Bali yang diselenggarakan secara umum. Tarian ini adalah bagian
dari pementasan tari topeng yang mengiringi upacara besar di Bali. Tari
Sidakarya dianggap sebagai pelengkap dari upacara-upacara tersebut. Tari topeng
ini merupakan pemungkas (bagian akhir) tari persembahan sebelum upacara pemujaan bersama yang
dipimpin oleh Sulinggih.
Setelah makan malam
bersama upacara dilanjutkan dengan pertunjukan wayang joblar . Wayang
ini paling dinantikan oleh para warga sekitar, karena wayang ini bertujuan
untuk menghibur keluarga juga menghibur masyarakat desa. Lakon yang di pilih
adalah tentang perjalanan manusia dari lahir hingga kematian menjemput, penuh
dengan petuah-petuah yang disampaikan secara humor namun bermakna sekali. Namun
pada pertunjukan wayang ini tidak sampai selesai, dikarenakan lelahnya badan
setelah seharian mengikuti upacara. Dan sayapun kembali ke Denpasar untuk
istirahat menyiapkan tenaga untuk esok hari.
Seperti biasa setelah
shalat Subuh, saya berangkat kembali ke Tabanan, untuk mengikuti Puncak acara
Ngaben. Sesampainya saya di tempat upacara, tampak seluruh keluarga sudah
berpakaian upacara serba putih. Oh ya saya juga memakai pakaian untuk upacara lho, dengan kain yang dililitkan
dibagian bawah seperti untuk menari panji semirang dan memakai Udeng, topi khas Bali.
Tepat jam 10 pagi
,upacara Ngaben pun dimulai. Upacara Ritual keagamaan dilaksanakan satu persatu
hingga jenazah dipindahkan dari rumah ke tandu (bade) yang dihias sedemikian rupa. Tidak lama kemudian, belasan
pria dengan berpakaian seragam pecalang
(semacam pengaman upacara di Bali) telah siap berdiri dan mengangkat tandu tadi
yang sudah berisi jenazah. Begitu Tandu itu diangkat dan diiringi oleh gamelan
khas Bali mengiringi arak-arakan tandu tersebut menuju lokasi
pembakaran/kremasi diadakan.
Sesampainya di lokasi
Ngaben, masih ada ritual-ritual keagamaan yang harus dilaksanakan, setelah
ritual keagamaan dilaksanakan, maka mulai jenazah dikeluarkan dari tandu ( Bade) menuju ke altar yang dibuat
seperti peti mati, tampak dibawah peti mati itu ada beberapa kayu yang siap
dibakar. Oh ya, seiring majunya jaman, pada pembakaran mayat di Bali tidak lagi
memakai kayu untuk membakar mayat tetapi sudah memakai sejenis kompor yang
mempunyai daya bakar api yang besar, sehingga pembakaran mayat hanya di
laksanakan hanya satu jam saja.
Momen pembakaran jenazah dimulai pada jam 11
pagi. Diawali dengan simbolis api yang dinyalakan oleh Mangku yang selanjutnya dilakukan oleh seorang yang ahli dalam
pembakaran jenazah hingga tuntas. Pembakaran Jenazah memakan waktu sekitar 1
jam. Setelah itu dilakukan Ritual keagamaan lagi dimana abu dari jenazah yang
dibakar di kumpulkan dan dibentuk seperti bentuk tubuh manusia yang dilanjutkan
berikan pakaian lengkap selayaknya manusia yang hidup berpakaian, namun hanya
simbolik saja.
Setelah itu abu jenazah
dibawa beriringan dengan gamelan, dibawa ke sungai terdekat untuk di arung disana, memiliki makna untuk
melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan
mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam).
Selesai sudah upacara Ngaben ibu sahabat saya , rasa penat
melanda seluruh keluarga. Saya pamit untuk kembali ke Denpasar dan berharap
semoga arwah ibu sahabat saya diterima Tuhan Yang Maha Esa….Amin.