Pagi
hari jam 8, kami sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami di Jepang. Pagi
itu gerbang Kaminarimon masih sepi pengunjung. Hanya beberapa kios yang sudah siap melayani pengunjung pagi itu.
Saya sempat mengabadikan suasana
pagi itu.
Hari ini berencana akan mengunjungi Fish Market ( pasar ikan) Tsukiji, dilanjutkan ke kawasan Harajuku dan
Meiji Shrine. Dengan membayar 170 yen , kami menumpang kereta subway Ginza Line menuju ke Satsion Ueno.
Tiba
di Stasiun Ueno kami melanjutkan perjalanan dengan menumpang kereta JR Yamanote
jurusan ke stasiun Shimbashi dengan tidak membayar karcis karena kami memakai
JR pass. Sesampainya kami di Stasiun Shimbashi, segera kami memulai perjalanan
kami.
Di
udara dingin di pagi itu, kami menyusuri pedestrian untuk pejalan kaki menuju
ke pasar ikan Tsukiji. Disepanjang pedestrian
kita dapat melihat kebersihan dan kenyamanan saat melintasi pedestrian.
Pohon-pohon yang daunnya gugur pada musim dingin ini menyisakan batangnya yang
tampak fotogenik. Sepanjang perjalanan kita juga akan menikmati suasana
aktivitas masyarakat di sini.
Ada yang sedang berjalan menuju ke kantor,
bekerja pada perbaikan saluran air kota dan ada juga sekelompok anak kecil yang
di asuh oleh pengasuh dari sebuah yayasan yang mengasuh anak Balita, dimana
para orang tua mereka yang bekerja atau kalau di Indonesia kita kenal sebagai
Tempat penitipan anak (TPA).
Rasa senang dan lucu sekali melihat anak-anak itu, mereka diajarkan
untuk mengenal jenis tanaman di Taman yang berada di pinggir pedestrian.
Setelah berjalan hampir 30 menit, tibalah kami
di pasar ikan Tsukiji. Pasar Tsukiji ini merupakan tempat pelelangan ikan,
khususnya pelelangan ikan Tuna. Ikan-ikan yang tiba jam 17 dan akan di lelang
pada jam 5.30 di esok harinya.
Dan kira
pada jam 7 pagi ikan-ikan yang sudah dilelang dan sudah dibeli oleh pedagang,
segera dibawa ke kios-kios mereka yang berada tidak jauh dari pelelangan ikan.
Disini baru terjadi transaksi jual beli ikan. Kami tiba di Pasar Tsukiji ini
pada jam 9.45 pagi. Jadi kami tidak dapat menyaksikan pelelangan ikan itu,
disamping itu saya juga tidak berniat untuk menyaksikannya, suasana becek dan lainnya sudah terbayang
oleh saya.Belum lagi harus membawa pakaian ganti yang dapat memberatkan bawaan
saya.
Pada
saat kami tiba suasana pasar yang menjajakan ikan juga mulai sepi dari pembeli,
hanya para wisatawan dan fotografer yang sedang menikmati suasana yang saya
lihat.
Oh ya ada yang menarik perhatian
saya, yaitu sebuah kendaraan yang berfungsi sebagai gerobak. Kendaraan itu
digerakkan oleh mesin dan mempunyai kemudi seperti setir mobil. Kendaraan ini
dipakai untuk mengangkut kotak-kotak yang berisikan ikan menuju mobil yang akan
mengangkut kotak berisi ikan itu ke kota.
Akan tetapi masih juga ada yang memakai gerobak yang memakai tenaga manusia.
Saya hanya memasuki bagian pasar yang terluar, dikarenakan sudah mulai sepi dari pengunjung. ada beberapa ikan yang masih dipajang di beberapa kios. Saya melihat banyak ikan-ikan yang tidak pernah saya jumpai di Indonesia.
Ada yang lebih menarik perhatian saya, yaitu pemandangan unik dimana setiap kios mempunyai kasir dan kasir itu berada di ruang yang sempit, lucu sekali.
Setelah
mengeksplore suasana di pasar ikan Tsukiji yang bersih dan tertata ini, masih
di lingkungan pasar yang berada di pintu masuk. Kami mencari kedai yang menjual
shasimi.
Di lokasi itu saya melihat
antrian panjang disetiap kedai yang menjual makanan itu. Dengan sabar kami
terus mencari kedai yang sedikit antriannya, beruntung kami mendapatkannya.
Langsung kami masuk dan memesan makanan yang kami inginkan. Di dalam kedai itu
ada peraturan bagi pengunjung kalau setiap makanan yang dipesan tidak boleh
memakannya dengan cara membagi kepada temannya. Jadi setiap orang tidak
boleh mencoba makanan yang di pesan oleh temannya. Dan juga cara memakannya
kita harus membungkuk, karena ruang untuk lewat dibelakang kita hanya selebar
40 cm. Saya memesan satu set Shasimi. Oh ya satu peraturan lagi, kalau saya
tidak diijinkan untuk mengabadikan makanan dengan kamera maupun telepon selular saya. Jadi maaf ya tidak ada
gambar yang saya tampilkan. Makanannya sangan nikmat, ikannya terasa segar.
Setelah puas menyantap shasimi, kami
lanjutkan dengan menyelusuri area disekitar pasa ikan ini. Ternyata tidak hanya
ikan saja. Ada barang-barang kelontong bahkan ada yang menjual kaos, jajanan pasar ala Jepang dan
souvenir khas Jepang.
Setelah
puas menyelusuri pasar ini, kami segera melanjutkan perjalanan kami ke kawasan
Harajuku. Dengan menumpang kereta subway Oedo Line dan membayar 240 Yen menuju
stasiun Yoyogi. Setelah sampai Stasiun Yoyogi kami berganti kereta dengan
menggunakan kereta JR Yamanote Line menuju stasiun Harajuku.
Hampir memakan
waktu 30 menit dari pasar ikan Tsukiji tibalah kami di Stasiun Harajuku.
Setelah keluar dari stasiun tepat dipintu masuk stasiun, kita sudah melihat
Takeshita street dimana disisi kanan dan kiri jalan ini terdapat butik-butik,
café, souvenir dan masih banyak lainnya.
Dikawasan ini biasanya pada musim
panas, para kaum muda memamerkan pakaian mereka yang khas. Sayang pada saat
saya mengunjungi kawasan ini tidak satupun ada anak muda yang berpakaian khas
itu.
Ketika
menyusuri jalan itu Hujan mulai turun.
Segera kami mencari mencari payung, dengan membeli payung kami
meneruskan perjalanan ini. Di ujung jalan Takeshita, Hujan semakin deras dan
sempat kami menyebrang jalan dan berteduh di ujung Harajuku street. Disini saya
melihat orang yang lalu lalang memakai payung dibawah rintik hujan, suatu
pemandangan yang bagus. Dengan cepat saya keluarkan kamera dan mengabadikannya.
Hujan
sudah agak sedikit reda perjalanan kami lanjutkan, akan tetapi tidak lama kami
berjalan hujanpun turun lagi. Kami segera berteduh di sebuah toko yang menjual pakaian
wanita. Sambil menunggu istri dan anak belanja, saya manfaatkan waktu untuk
mengabadikan orang yang berpayung hilir mudik di depan Toko. Sayang sekali,
karena hujan tidak kunjung reda dan kami putuskan untuk pulang ke hotel dan
tidak jadi mengunjungi Kuil Meiji shrine .
Di malam harinya , setelah beberapa jam istirahat, kami memulai kembali untuk melanjutkan petualangan di Tokyo malam hari, kali ini kami ingin mengunjungi sentra elektronik di wilayah Akihabara. Seperti biasa kami menggunakan kereta Ginza line dengan membayar 170 Yen menuju stasiun Ueno. Dari stasiun Ueno kami melanjutkan perjalanan dengan JR Yamanote Line menuju Stasiun Akihabara. Walau hanya dua stasiun dari stasiun Ueno, kami tidak mendapatkan Tempat duduk dikarenakan banyak penumpang yang baru pulang dari kerjanya. Syukur hanya dua stasiun kami berdiri di kereta. Sesampainya di Akibahara kami langsung mengeksplorenya. Tidak banyak yang dapat diambil fotonya, karena saya sibuk melihat-lihat kamera foto yang dijajakan disetiap toko.
Setelah puas mengeksplore kawaasan Akihabara , segera kami kembali ke Hotel utuk menyiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari.