Kota
Bogor tidak hanya mempunyai julukan sebagai "kota hujan" akan tetapi masih banyak
julukan yang patut diberikan antara lain sebagai "kota Kuliner", "kota wisata"
dan "kota budaya" . Dikota Bogor ada suatu ritual keagamaan yang tiap tahun
dilaksanakan. Bertepatan dengan hari ini, adalah hari kelimabelas dalam bulan
pertama penanggalan Tionghoa. Penetapan tahun baru Imlek ditentukan menurut tahun kelahiran
Nabi Kongzi [551 SM]. Karena awal tahun
didasarkan pada tahun kelahiran sang nabi, maka penanggalannya kemudian diberi
nama penanggalan Khongcu-lek. Hari ke limabelas ini lebih sering disebut sebagai
Cap Go Meh. Biasanya, malam kelimabelas ini dirayakan dengan meriah. Hal ini
disebabkan karena hari ke limabelas merupakan akhir dari perayaan tahun baru
Imlek. Setelah perayaan upacara Cap Go meh ini maka berakhirlah seluruh rangkaian
perayaan tahun baru Imlek.
Tidak heran bila kemudian, perayaan Cap Go Meh
identik dengan festival lampion. Banyak Warga Bogor bahkan dari luar kota
berduyun-duyun mendatangi jalan Suryakencana dimana terdapat sebuah Klenteng yang
dijadikan pusat perayaan Cap Go Meh di Kota Bogor, Klenteng Ho Tek Bio.
Untuk itu saya akan
datang ke acara tersebut, namun tiba-tiba mobil yang akan saya kendarai tidak
mau di starter. Saya berusaha untuk memperbaiki mobil dengan memanggil
Montir. Setelah diperiksa oleh montir ternyata hanya batereynya yang drop. Segera mencari baterey mobil
yang tidak jauh dari rumah . Akhirnya, singkat cerita saya segera berangkat
ke Bogor, meskipun sudah telat.
Setibanya di Bogor saya
parkirkan mobil di pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari lokasi acara.
Lalu saya langkahkan kaki ke jalan Surya Kencana. Sesampainya di sana , di
depan Klenteng Ho Tek Bio sudah dipadati warga kota Bogor maupun dari luar kota sudah
memenuhi area sepanjang jalan Surya Kencana. Banyak petugas Polisi
yang mengatur lalu lintas dan menjaga ketertiban bagi pengunjung. Menurut petugas, Polda
(Kepolisian Daerah) menugaskan hampir 500 petugas untuk mengawal dan menjaga
acara ini.
Selain
dari para pengunjung, juga terlihat para pedagang yang menjajakan barang
dagangannya dari mainan hingga makanan.
Ketika masuk ke dalam Klenteng, tampak
banyak orang yang sedang melakukan ritual keagamaan. Lebih dalam lagi saya masuk
kedalam ruangan dimana tempat sembahyang, dengan bergantian giliran para tamu
Vihara melakukan sembahyang di depan Altar. Suasana penuh dengan asap Hio yang
dibakar saat ritual sembahyang di ruang Altar. Ruang yang didominasi oleh warna
merah dan Emas.
Acara Parade di mulai sekitar jam 15.30, dengan tidak membuang waktu, saya
segera mengabadikan suasana dan momen yang berlangsung dengan kamera. Rute
parade dimulai dari klenteng Ho Tek Bio menuju Vihara Buddhasena jalan Batu
Tulis lalu kembali lagi ke Kelenteng Ho
Tek Bio.
Antusias para penonton
yang menyaksikan prosesi acara sangat tinggi terlihat dari sibuknya merekam
gambar dengan kamera hand phone, ada yang ingin berfoto dengan Barongsai, ada
yang memberikan Ang Pao kepada Barongsai.
Sungguh sangat terlihat
ke ‘BHINEKA TUNGGAL IKA” an pada acara ini, warga yang hadir dari berbagai
agama maupun etnis. Berbagai atraksi
menarik yang ditampilkan oleh para peserta Parade. Ada atraksi yang membuat saya tertarik yaitu Reog
Ponorogo. Reog Ponorogo ini menampilkan permainan api, dimana pemain
menghembuskan minyak tanah dari mulutnya ke arah api , sehingga berseburlah
api yang besar….wow fantastis. Disamping itu juga ada yang menarik lagi yaitu
lenggak lenggok ular naga (liong) , Barongsai dan Joli.
Acarapun berakhir pada jam 22,00, tampak penonton yang menyaksikan pulang dengan tertib dan dengan rasa puas atas atraksi-atraksi parade tadi. Namun seiring dengan pulangnya para penonton, mulai terlihat sampah di sana-sini. Aha ini sebuah kebiasan yang buruk bukan?.
Saya berharap untuk tahun-tahun mendatang kepada pihak penyelenggara agar lebih
memperhatikan kebersihan pasca acara tahunan in. Setelah dua kali
menyaksikan parade ini yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2014. Acara ini masih
dapat ditingkatkan kualitasnya terutama pada ketertiban para penontonnya. Para
penonton dan para peserta acara seharusnya dibatasi oleh pagar yang tidak
permanen. Sayangkan hanya dengan hal yang mungkin sepele ini, tujuan acara yang baik ini akan menurunkan
kualitas dan animo masyarakat luar negri yang ingin menyaksikan acara ini.
Tetapi, lepas dari persoalan
tadi, saya merasakan cukup puas akan parade kali ini.Tidak terasa kaki saya
mulai terasa pegal saya mencoba istirahat sejenak untuk duduk dan minum . Tepat
jam 23.10, saya kembali ke Jakarta .