Sebelumnya saya menyampaikan
belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas tragedi jatuhnya pesawat Air Asia
dengan nomor penerbangan QZ 8501, semoga semua korban mendapatkan tempat yang
layak disisi Tuhan dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberikan
ketabahan….Aamiin. Menyaksikan berita
duka tragedi itu di televisi, membuat ciut
nyali saya karena akan melakukan
perjalanan yang sudah dipersiapkan sejak
empat bulan yang lalu.
Perjalanan
kali ini saya akan mengunjungi Negara Jepang
dan Perjalanan kali ini saya tidak sendiri, saya pergi bersama istri dan anak saya. Bayangkan bagaimana tidak ciut nyali saya, tapi saya berpikir positif saja, bahwa umur itu di
tangan Tuhan, disamping itu juga pihak maskapai yang saya akan tumpangi akan
melakukan penerbangan di ketinggian 38000 kaki, yang menurut informasi yang
saya dapat merupakan zona aman terbang di ketinggian itu. Dengan pikiran dan semangat itu saya tetap
akan melaksanakan perjalanan ke Jepang.
Perjalanan ini kami rencanakan
akan memakan waktu yang sangat singkat dikarenakan waktu libur anak saya yang
sudah habis . Perencanaan untuk perjalanan ke Jepang ini selalu tidak
terlaksana, dikarenakan pertimbangan antara libur sekolah dan waktu yang tepat
untuk perjalanan ini, sehingga untuk perjalanan kali ini kami mengorbankan
waktu sekolah anak kami untuk ijin selama satu minggu. Dengan mengatur itinerary atau rencana
perjalanan ini sepadat mungkin. Dan memilih tempat-tempat yang penting dan
menjadi icon wisata di Jepang.
Perjalanan dimulai dari bandara Sukarno Hata, Jakarta.
Setelah menempuh penerbangan
hampir 8 jam, Tibalah kami di Bandara Narita. Setelah selesai ritual imigrasi
dan claim bagasi kami segera mencari
kantor JR pass untuk menukar pesanan karcis Kereta api yang berlaku selama sepuluh hari yang sudah kami pesan di
Jakarta. Keramahan dan sifat menolong orang Jepang yang terkenal itu kami
rasakan.
Setelah mendapatkan kartu Pass JR,
kami menuju kereta api Narita exspress yang akan mengantarkan kami ke Asakusa.
Oh ya, dengan JR pass ini kita dapat memakai jasa kereta yang berlabel JR, termasuk kereta tercepat kedua Shinkansen Hakari dan JR Pass ini berlaku selama tujuh hari. Seperti biasanya, perjalanan saya itu boleh dikatakan semi back packer, sehingga kami menggerek koper kami masing2 menuju ke
Hotel yang sudah kami pesan. Hotel kami berada tidak jauh dari stasiun
Asakusa dan tepat di samping gerbang Kaminarimon. Segera kami chek in hotel. Hotel yang nyaman dan bergaya Jepang (tatami). Setelah istirahat , saya
sudah tidak tahan untuk mengeksplore di area Sensoji temple (Kuil Sensoji).
Saya mulai dari gerbang Kaminarimon, gerbang ini mempunyai ketinggian lebih dari 8 meter. Gerbang ini terdapat lampion yang digantung ditengah-tengahnya. Konon
berat lampion ini hampir 650 kg, Lampion ini berwarna merah dan bertuliskan huruf kanji berwarna hitam. Di kiri dan kanan gerbang ini terdapat dua
buah patung yang diletakkan pada ruangan berdinding kawat, Patung dewa petir Raijin dan dewa angin Fujin. Oh ya bagi yang tinggal di daerah lain dar Asakusa, pencapaian ke lokasi ini menggunakan kereta subway Ginza Line, dengan merogoh kocek 170 Yen untuk jarak dekat dan 240 Yen untuk jarak terjauh menuju stasiun Asakusa.
Setelah melewati gerbang
Kaminarimon kita akan melewati jalan Nakamise yang mempunyai panjang 200 m.
Dikiri dan kanan jalan yang tidak bisa dilewati kendaraan bermotor itu akan
kita temui bangunan yang mempunyai fungsi sebagai kios. Kios-kios itu
menyediakan makanan dan kerajinan tangan khas Jepang, souvenir dan
pakaian. Saat itu, Jalan Nakamise sedang padat oleh para
pengunjung baik untuk sekedar pelesir maupun untuk melakukan ritual keagamaan
di kuil Sensoji.
Di akhir jalan Nakamise akan kita
temui Gerbang Hozomon. Gerbang ini di hiasi oleh 3 buah lampion, satu berwarna
merah dan dua berwarna emas di kiri dan kanan lampion Merah dengan tulisan
kanji berwarna hitam. Gerbang yang berwarna merah beratap dua susun ini
merupakan pintu masuk ke Kuil Sensoji ( Main hall).
Setelah
melalui Gerbang Hozomon ini akan kita temui di kiri dan kanan bangunan untuk
melakukan ritual keagamaan. Bagunan di sebelah kiri digunakan untuk
mendonasikan uang. Setelah mendonasikan pengunjung diberi Hio untuk dibakar pada bangunan sebelah Kanan.
Setelah
dari bangunan ini dilanjutkan kebagunan sebelah kanan. Dimulai dengan melakukan
ramalan. Oh ya konon Ramalan di kuil
sensoji ini terkenal keakuratannya.
Setelah
itu dilanjutkan dengan membakar Hio,
selanjutnya di letakan pada suatu wadah yang penuh asap. Asap tersebut lalu di
arahkan ke muka dengan menggunakan tangan.
Setelah
itu menuju ke kolam dengan air pancur naga. Disini pengunjung mencuci tangan
dan berkumur dengan air yang mengandung arti pembersihan dari hal-hal yang
kurang baik.
Setelah melakukan
ritual-ritual awal, dilanjutkan ke dalam main Hall ( Kuil Sensoji).
Didalam Main hall ini, terlihat para pengunjung melemparkan uang koin ke dalam
wadah yang membatasi pengunjung dengan ruang dimana ada seorang biksu berdoa.
Setelah melemparkan koin pengunjung berdoa dengan menyatukan kedua tangan
mereka.
Setelah melihat prosesi didalam
kuil, saya melanjutkan pemburuan saya. Disebelah kanan bangunan Main Hall
terdapat bangunan lainnya yaitu Yakushido Hall dan Yogodo hall. Ada juga Awashimado Hall dan Zenizuka Jizodo Hall yang letaknya tidak jauh dari kedua
bangunan tadi. Selain itu juga masih ada bangunan Kanondo hall dan Nitenmon
Gate yang berada di timur Main Hall. Hari sudah mulai gelap karena pada musim dingin matahari bersinar hanya 9 jam,sehingga saya tidak
dapat mengambil gambarnya.
Begitu juga halnya dengan bangunan lainnya di sekitar
Pagoda berlantai 5, yaitu Demboin dan Chingodo Hall. Oh ya konon Demboin adalah
tempat tinggal untuk kepala Kuil Sensoji
beberapa generasi. Karena hari sudah gelap, cahaya lampu sudah
menggantikan cahaya matahari dan masih ada tempat lainnya yang akan saya
kunjungi mala mini. Untuk itu saya kembali ke Hotel untuk mandi dan siap-siap ke
tempat lainnya. Perjalanan selanjutnya akan saya lanjutkan pada Jalan-jalan ke Jepang ( hari ke 1 bagian 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar